Minggu, 26 Juni 2011

KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

KESEIMBANGAN ASAM DAN BASA

Dalam keadaan normal derajat keasaman (Ph) tubuhnkita adalah 7,4 (range:7,35-7,45). Bia kurang dari 7,35 disebut asidosis, dan bila diatas 7,45 disebut alkolasis. Gangguan yang terjadi pda derajat keasaman ini akan mengganggu pula system enzyme, hormone, asam sulfa, asam fosfat, dan asam yang lain, yang kesemuanya ini akan dibuang keluar tubuh melalui organ organ eksretori seperti paru paru dan ginjal sehingga tidak mengganggu derajat keasaman tubuh. Keseimbangan asam basa dalam tubuh ini menyangkut gas CO2, asam asam non karbonat dan basa.
Asam adalah senyawa yang dapat memberikan ion H+ (proton donor),sedangkan basa adalah senyawa yang dapat menerima ion H+ (proton akseptor). Terdapat dua macam kelompok asam yang penting dalam cairan tubuh yaitu: # Asam karbonat (H2CO3) atau asam volatile. # Asam yang non karbonat atau asam non volatile. Misalnya:asam fosfat, asam sulfat, dsb.


Salah satu hasil akhir dari metabolism karbohidrat dan lemak adalah gas CO2, dan ini merupakan asam karena bila bergabung dengan air akan membentuk asam karbonat. (CO2 + HO2 ← → H2CO3 ← →H+ + HCO3), yang mudah terurai menjadi HCO3- dan ion H+. Jadi jika gas CO2 yang dihasilkan tidak dapat dikeluarkan, maka mnejadi penimbunan asam dalam tubuh. Asam yang bukan kelompok asam karbonat biasanya merupakan hasil akhir dari metabolisme protein, dan asam ini akan disekresi lewat ginjal. Kelompok asam karbonat dikenal pula sebagai kelompok asam volatile yang dapat disekresikan keluar tubuh sebagai gas CO2 melalui paru paru , sedangkan kelompok asam yang bukan asam karbonat disebut pula kelompok asam non volatile atau fixed acid dan harus dikeluarkan lewat ginjal.


Adapun pengaturan keseimbangan derajat keasaman tubuh dilakukan melalui tiga mekanisme yaitu: 
1. System buffer. 
2. Pembuangan gas CO2 melalui paru paru / pernafasan. 
3. Pembuangan ion H+ lewat ginjal.


SYSTEM BUFFER.
Buffer atau larutan penyangga adalah larutan senyawa kimia yang mampu bertahan pada kadar ion H+ ( atau pH ) yang tetap, sekalipun ditambah dengan asam atau basa yang kuat. Larutan ini terdiri dari asam lemah dan sisa asamnya. Dalam menstabilkan pH darah ini buffer bekerjanya cepat tetapi kurang effektif bila gangguan yang terjadi cukup besar. Buffer yang terutama didalam tubuh kita adalah:
1. Penyangga / buffer BIKARBONAT:
Merupakan penyangga paling utama pada cairan extra sellulair dan terdiri dari asam karbonat ( H2CO3 ) dan larutan bikarbonat ( HCO3-). Penyangga bikarbonat ini merupakan penyangga paling penting karena dapat diatur oleh ginjal dan paru. Normal rasio asam karbonat dan bikarbonat adalah 1 : 20, dan pada keadaan ini pH tubuh adalah 7,4. Bila terjadi retensi CO2, maka sebagai kompensansi juga akan terjadi retensi HCO3-, sehingga perbandingan keduanya dan pH tubuh akan tetap. Paru paru dapat dengan cepat mengeluarkan atau menahan CO2, sedangkan ginjal berfungsi menahan dan mengeluarkan HCO3-.


2. Penyangga /buffer PROTEIN:
Merupakan penyangga untuk cairan intra selulair, dan merupakan penyangga yang paling banyak didalam tubuh. Buffer ini juga berpengaruh pada cairan ekstra sellulair karena ion H+, CO2, dan HCO3- dapat berdiffusi kedalam sel. Haemoglobin merupakan buffer protein yang effektif untuk meningkatkan CO2. CO2 yang diikat akan berdiffusi masuk kedalam sel darah merah dan membentuk H2CO3 yang kemudian akan terurai menjadi H+ dan HCO3-. HCO3- inilah yang diperlukan sebagai buffer dalam plasma.


3. Penyangga/buffer PHOSPHAT:
Dilakukan dalam ginjal , yaitu mengembalikan pH kenormal dengan cara meningkatkan atau menurunkan ion bikarbonat ( HCO3-) dalam cairan ekstra sellulair. Terdiri dari HPO4- yang akan meningkat ion H+ yang berlebihan sehingga menjadi H2PO4.


SYSTEM PARU / PERNAFASAN:
Merupakan penyangga yang paling effektif dan bekerjanya cepat, asalkan organ organ pernafasan dalam keadaan normal. Frekwensi pernafasan akan menentukan banyaknya gas CO2 yang dikeluarkan dari dalam tubuh. Frekwensi pernafasan diatur oleh : pusat nafas ( medulla oblongata ) dan chemoreceptor pada arteria carostis/aorta. Tekanan gas CO2 yang meningkat, pH darah yang menurun, dan tekanan gas O2 yang menurun akan merangsang dan meningkat pusat nafas. Bila terjadi peningkatan ion H+ dalam cairan tubuh ( pH tubuh menurun ) khususnya dalam arteri dan cairan cerebrospinal akan mengakibatkan peningkatan reflexs pada kecepatan dan kedalaman nafas. Hal ini bertujuan untuk membuat CO2 lebih banyak keluar dari tubuh sehingga kadar ion H+ akan menurun. Sebaliknya bila terjadi penurunan ion H+ akan menyebabkan penekanan pada aktivitas pernafasan sehingga kadar O2 tertumpuk didalam darah yang pada akhirnya akan meningkatkan kadar ion H+ dalam darah.
CO2 + H2O, ←→ H2CO3 ←→ H+ +HCO3-.


SYSTEM GINJAL:
Buffer ini kerjanya lambat an kurang efektif. Buffer ini bekerja dengan cara membuang ion H+ ( eksresi H+ ) dan menyimpan bikarbonat ( mereabsorbsi HCO3- ). Bila darah terlalu asam maka ginjal akan mengeksresi ion H+ keluar dari tubuh melalui urine, dan mereabsorbsi HCO3- ( bikarbonat ), sebaliknya bila darah terlalu alkalis, maka ginjal akan meningkatkan ekskresi bikarbonat ( ekskresi HCO3- ) lewat urine dan mereabsorbsi ion H+ dari urine sehingga ion H+ tertahan dalam tubuh.
Untuk menentukan status keseimbangan asam basa didalam tubuh perlu dilakukan pemeriksaan: pH darah, tekanan gas CO2 ( pCO2 ), dan kadar HCO3- dalam darah arteri. Dalam keadaan normal: pH darah : 7,35 – 7,45. p CO2 : 40mm Hg. HCO3- : 24 mmol/ltr
Sedangkan untuk menghitung derajat keasaman ( pH ) drah digunakan rumus: HENDERSO – HASSELBALCH yaitu:
pH = pK + log ( sisa asam ) / ( asam )
pH= 6,1 + log ( HCO3- ) / ( H2CO3 )
pH= 6,1 + log 24 / 0,03 X 40 = 7,4

ASIDOSIS:
Bila terjadi kadar ion H+ dalam darah diatas batas normal, atau penurunan kadar HCO3- dalam darah dibawah batas normal, sehingga pH tubuh menurun sampai 7,35 atau kurang dari 7,35, maka keadaan ini disebut ASIDOSIS. Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan ( respiratory asidosis ) atau gangguan metabolism ( metabolic asidosis ).


Respiratory Asidosis:
Biasanya disebabkan oleh kegagalan system pernafasan untuk membuang CO2 keluar dari tubuh.
Penyebab kegagalan system pernafasan adalah: # Penyakit obstruktif dan restriktif paru. # Gangguan pergerakan otot dinding thorax misalnya: polio # Penurunan aktifitas pusat nafas oleh karena : trauma otak, perdarahan,narkotika, anestesi, dan lain sebagainya. # Penyakit neuromuskulair misalnya: myasthenia gravis, syndrome Guillen Bare, dan lain sebagainya.


Metabolic Acidosis:
Pada prinsipnya keadaan ini disebabkan oleh penumpukan asam, sehingga pH darah menurun dibawah 7,35 atau kadar bikarbonat darah menurun hingga kurang dari 22 meq/ltr. Gejala yang timbul adalah: nafas yang dalam dan cepat, disorientasi, dan koma.


ALKALOSIS:
Bila terjadi penurunan kadar ion H+ dalam cairan tubuh atau terjadi kelebihan HCO3- dalam darah,sehingga pH darah meningkat diatas 7,45, maka keadaan ini disebut: ALKALOSIS. Hal ini dapat terjadi karena gangguan pada pernafasan (respiratory alkolasis) atau gangguan pada metabolism (metabolic alkolasis).


Respiratory Alkolasis:
Pada dasarnya hal ini disebabkan oleh adanya pengeluaran CO2 lewat paru yang begitu cepat sehingga tekanan CO2 dalam darah (pCO2) menurun dibawah 35mmHg dan pH darah mencapai 7,45.
Faktor yang menjadi penyebabnya: # Hyper ventilasi alveolair. # Ketinggian yang sangat tinggi. # Pernafasan yang berlebihan. # Ansietas. # Demam. # Meningitis. # Keracunan aspirin. # Pneumoni. # Emboli paru. # factor lain yang meningkatkan aktifitas nafas.


Metabolic Alkolasis:
Keadaan ini terjadi karena hilangnya ion H+ dari cairan tubuh atau terjadi penambahan basa pada cairan tubuh. Biasanya kadar HCO3- meningkat hingga 26meq/ltr, dan pH tubuh meningkat diatas 7,45. Penyebab tersering adalah: konsumsi basa yang berlebihan , misalnya : soda kue, antasida, yang sering digunakan untuk mengatasi ulkus lambung atau perut kambung. Gejala yang tampak : apatis, lemah, kekacuan mental, kram, pusing, parastesi, dan sakit kepala.

KONSEP UMUM PENYAKIT

KONSEP UMUM PENYAKIT

KONSEP NORMAL
Definisi tentang normal sangatlah sulit untuk dirumuskan. Setiap parameter hasil suatu pengukuran mempunyai nilai rata-rata yang dianggap normal.
Besanya nilai normal ini untuk setiap inividu tidaklah sama. Perbedaan ini disebabkan oleh :
1. Susunan gen dan genetic setiap individu yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya.
2. Setiap individu memiliki pengalaman hidup yang saling berbeda yang disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan di sekitarnya.
3. Adanya perbedaan pengendalian fungsi mekanisme dalam tubuh yang diseababkan oleh perbedaan makanan, minuman, aktifitas dan sebagainya.
Misalnya terjadi peningkatan tekanan darah pada seseorang karena suatu sebab, belum tentu hal ini dianggap sebagai hypertensi selama masih dalam rentang nilai normal. Demikian pula, misalnya terjadi peningkatan kadar glukosa dalam darah, tidak selalu dikatakan sebagai diabetes, selama masih berada dalam rentang nilai normal.

PENYAKIT
Penyakit dapat didefinisikan sebagai : perubahan dalam diri seseorang yang dapat menyebabkan perubahan pada parameter kesehatannya di luar rentang nilai normal.
Sedangkan yang dimaksud dengan ETIOLOGI adalah factor penyebab terjadinya penyakit seperti misalnya : kuman, umur, status gizi dan sebagainya.
PATOGENESIS merupakan proses perjalanan terjadinya penyakit.
Pada awal perkembangan suatu penyakit, mula-mula etiologi yang ada menyebabkan perubahan pada proses biologis dalam tubuh manusia, dan perubahan pada tahap ini hanya dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan dalam laboratorium terhadap cairan tubuh (terjadi perubahan pada kimia darah).
Stadium inilah yang dikenal sebagai stadium SUBKLINIS, dimana pada stadium ini penderita masih tampak normal-normal saja, tetapi proses perjalanan penyakit sudah dimulai.
Struktur dan fungsi organ-organ dalam tubuh manusia mempunyai cadangan keamanan yang cuup besar, sehingga gangguan pada fungsi organ akan menjadi lebih jelas bila penyakit itu telah memberikan perubahan-perubahan secara anatomis. Sebagai contoh : penyakit ginjal kronik bila telah merusak satu ginjal dan sebagian ginjal yang satunya baru akan menimbulkan penurunan fungsi ginjal.
Beberapa penyakit ada yang dimulai dari gangguan fungsional terlebih dahulu sebelum timbul perubahan secara anatomis.
Gangguan-gangguan pada proses biologis ini akan memberikan gejala dan tanda-tanda suatu penyakit.
Gejala-gejala merupakan keluhan-keluhan yang dirasakan oleh penderita, misalnya rasa mual-mual, sedangkan yang dimaksudkan dengan tanda-tanda penyakit adalah perubahan yang terjadi pada tubuh manusia dan dapat dilihat dengan nyata, misalnya : demam, oedem dan sebagainya.
LESI : adalah perubahan struktur yang tampak baik secara makroskopis maupun secara mikroskopis yang ditimbulkan dalam perkembangan suatu penyakit.
SEQUELE : adalah akibat yang timbul dari suatu penyakit.
KOMPLIKASI : proses baru dan terpisah yang timbul sekunder karena beberapa perubahan dari keadaan yang aslinya.
RESOLISI : proses kembalinya tubuh kita ke keadaan yang normal tanpa sequel ataupun komplikasi,
Factor-faktor penyebab pada suatu penyakit pada umumnya dapat digolongkan menjadi factor ekstrinsik dan factor instrinsik.
Yang termasuk dalam factor ekstrinsik misalnya : kuman penyebab infeksi, trauma neukanis, bahan kimia beracun, radiasi, suhu yang ekstrem, gizi, stress psikologis dan sebagainya, sedangkan yang termasuk factor intrinsic misalnya : umur, jenis kelamin, kelainan-kelainan sebagai akibat penyakit sebelumnya, dan sebagainya.
Kedua factor ekstrinsik dan intrinsic ini selalu berinteraksi, sehingga timbul suatu spektrum yang luas dengan titik ekstrem pada kedua ujungnya, yaitu factor ekstrinsik di ujung yang satu, dan factor intrinsic di ujung yang lain.
Apabila factor intrinsic yang dominan maka disebut sebagai penyakit keturunan. Misalnya : trauma pada kecelakaan lalu lintas, disini yang dominan adalah factor ekstrinsik, tidak ada factor keturunan, sedangkan pada penyakit infeksi yang lebih dominan adalah factor ekstrinsik, tetapi pengaruh umur, daya tahan tubuh (factor intrinsic) tetap ada.
Akhir dari perjalanan suatu penyakit dapat berupa : memberikan kesembuhan dengan sendirinya dalam waktu yang singkat, atau menjadi kronis, atau menjadi sembuh tetapi kadanh-kadang memberikan kekambuhan secara berulang-ulang, atau bahkan berakibat kematian.

KLASIFIKASI PENYAKIT
Klasifikasi penyakit yang paling sering adalah berdasarkan pada pathogenesis atau mekanisme terjadinya penyakait, yaitu :
1. Penyakit congenital:
a. Genetic
b. Non genetic

2. Penyakit yang didapat :
a. Radang
b. Vaskulair
c. Gangguan pertumbuhan
d. Kerusakan dan perbaikan
e. Gangguan metabolism dan Degeneratif

1. PENYAKIT KONGENITAL
Penyakit ini dimulai sebelum lahir, tetapi sebagian baru memberikan gejala dan tanda-tanda klinis setelah individu yang terangkit menginjak dewasa.
Biasanya penyakit ini disebabkan oleh defek (kerusakan) genetic, baik yang diturunkan dari orang tuanya,maupun oleh karena mutasi genetic sebelum lahir atau factor luar yang mengganggu pertumbuhan dari embrio atau fetus.
Defek pada genetic misalnya : cyistik fibrosi, thallamesia, dan sebagainya, sedangkan defek non genetic misalnya : kelainan pada jantung sebagai akibat infeksi fetus pada ibu yang terkena rubella waktu hamil.

2. PENYAKIT YANG DIDAPAT (ACQUIRED) :
Penyakit ini biasanya disebabkan oleh factor lingkungan sekitar dan pembagiannya berdasarkan patogenesa nya adalah :
a. Penyakit Radang
Radang adalah respons fisiologis jaringan yang hidup terhadap adanya rangsangan yang merugikan.
Pemberian nama biasanya didasarkan pada organ yang terkena dan ditambah akhiran “it is”, misalnya : tonsillitis (tonsil), appendixitis (appendix), dermatitis (kulit) dsb.
Kadang-kadang ada pula pemberian nama yang menyimpang dari konsep tersebut, misalnya sifilis, tuberculosis, leprosy. Dsb.
Bentuk peradangan yang terjadi biasanya bermacam-macam tergantung pada : penyebab, respons tubuh dan target organ yang terkena.
b. Gangguan Vaskulair
Pnyakit ini disebabkan oleh karena gangguan aliran darah baik yang dari luar atau didalam organ tersebut.
Pengurangan aliran darah ini berakibat ISKHEMIA dan bial berlangsung lama akan terjadi kematian jaringa yang disebut INFRAK, misalnya : infrak miokard (serangan jantung), infark otak (stroke), gangguan pada tungkai, syok/kegagalan sirkulasi, dsb.
c. Gangguan pertumbuhan :
Penyakit ini disebabkan oleh pertumbuhan yang abnormal termasuk adaptasi terhadap perubahan pada lingkungan, isalnya : pembesaran jantung (hypertropi) karena tekanan darah yang tinggi, neoplasma (keganasan), leukemia, dsb.
d. Ruda paksa dan perbaikan :
Termasuk dalam kelompok ini adalah penyakit yang disebabkan oelh ruda paksa atau trauma. Kelainan yang terjadi tergantung pada sifat dan besarnya trauma tersebut dan respons tersebut. Perbaikan dari kelompok penyakit ini sangat tergantung pada usia, gizi, mobilitas, ada/tidaknya infeksi, dsb.
e. Gangguan metabolism dan Degeneratif
Sebagian kelompok penyakit ini ada yang merupakan kelainan congenital yang diturunkan melalui gen yang rusak dari kedua orang tuanya, seperti misalnya : diabetes mellitus, gout arthritis, dsb, dan dapat pula sebagai kelainan sekunder akibat penyakit lain seperti misalnya : hiperkalsemia, hipertiroid.

PENYAKIT LATROGENIK
Merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh tindakan medis untuk pengobatan. Yang paling sering adalah yang oleh efek samping atau reaksi obat.
Beberapa penyakit introgenik misalnya : hepatitis, AIDS yang disebabkan oleh transfusi, penyakit akibat radiasi pada terapi kanker, dsb.

SISTEM PEMBERIAN NAMA PAHDA PEMNYAKIT
1. Primer dan Sekunder
Tujuan dari pemberian nama primer dan sekunder pada penyakit adalah :
a. Menjelaskan penyebab dari suatu penyakit 
Istilah primer biasanya diberikan untuk penyakit yang tidak diketahui penyebabnya secara jelas. Nama lain yang sering dipakai adalah : essensial, idiopathic, kriptogenik.
Hypertensi primer : artinya peningkatan tekanan darah yang tidak diketahui penyebabny. Sedangkan istilah sekunder biasanya dipakai untuk penyakit yang terjadi sebagai akibat komplikasi atau manifestasi beberapa lesi. Misalkan hypertensi sekunder artinya peningkatan tekanan darah sebagai akibat komplikasi dari penyakit lain misalnya arteristenosis dari ginjal
b. Membedakan stadium permulaan atau stadium lanjut dari suatu penyakit. Hal ini terutama penyakit kanker. Tumor primer artinya tumor yang mula, sedangkan tumor yang terjadi sebagai akibat penyebaran dari tumor primer disebut tumor skunder.
2. Akut dan Kronis
Tujuan dari pemberian istilah akut atau kronis adalah untuk menerangkan perkembangan suatu penyakit. Istilah akut berarti perjalanan penyakit cepat dan diikuti resolusi yang cepat (tidak selalu tetapi seringkali), sedangkan istilah kronis biasanya untuk proses penyakit yang agak tersembunyi dan berlangsung lama sampai bulan/tahunan. Istilah subakut biasanya dipakai untuk menilai proses karadangan,
3. Jinak dan Ganas
Istilah ini sering digunakan pada penyakit dengan kegnasan. Jinak (benign) biasanya digunakan, keganasan masih berada pada jaringan asal dan sangat jarang mematikan, kecuali bila mendesak. Organ-organ vital seperti misalnya : otak. Sedangkan istilah ganas (malignan) biasanya dipakai bila terjadi infiltrasi dan penyebaran dari tempat asal dan sering berakibat fatal.
Hypertensi benign berarti meningkatkan tekanan darah yang ringan dan berkembang perlahan – lahan serta bertahap. Sedangkan hypertensi maligna berarti peningkatan tekanan darah dengan cepat dan memberikan gejala serta kerusakan jaringan yang berat misalnya : perdarahan otak, gagal ginjal, serta mata kabur dan sebagainya.
4. Penambahan Awalan
Pemberian nama penyakit/kelainan dapat pula dilakukan dengan memberikan penambahan awalan, yang mempunyai arti tersendiri misalnya :
Ana…… : tidak ada / absen : Anaphilaksis 
Dis……. : kelainan / penyimpangan : Displasia
Hyper… : diatas normal / berlebihan : Hyperthyroid, Hyperglikkemi
Hypo…. : dibawah normal : Hypothyroid, Hypoglikemia
Meta….. : perubahan bentuk : Metaplasia


5. Penambahan Akhiran
Pemberian nama penyakit/kelainan dapat pula dilakukan dengan memberikan penambahan awalan, yang mempunyai arti tersendiri misalnya :
…itis : keradangan : appendicitis, pleuritis, dsb.
…oma : tumor : karsinoma, hemangioma, dsb.
…osis : keadaan/ kondisi yang tidak selalu patologis : osteoartrosis
…oid : mirip sesuatu : rheumatoid (mirip rhematik)
…penia : tidak ada : leukophenia, trombositopenia, dsb.
…sitosis : peningkatan diatas normal : trombositosis, leukositosis
…ektasis : pembesaran/pelebaran : bronkhiektasis
…plasia : kelainan pertumbuhan : hyperplasia.
…opati : bentuk abnormal yang kehilangan karakteristiknya : lympadenopathi.
6. Nama Eponimosa
Pemberian nama pada penyakit/kelainan sesuai dengan nama orang yang menemukan, atau sesuai dengan penderita pertama atau juga sesuai dengan tempat tertentu. Misalnya : Penyakit Grave’s diseases, Hodgkin’s diseases, Crohn’s diseases, dsb.
7. Sindroma
Kumpulan dari tanda-tanda dan gejala atau suatu kombinasi suatu lesi. Biasanya dipakai nama eponimosa. Misalnya :
Syndroma Cushing : Obese, hirsutisme, hypertensi.
Syndroma Nephrotik : Albuminuri, Hypoalbuminemia, oedema
8. Sistem Koding Angka
System ini lebih berhubungan dengan epidemiologi. Biasanya setiap penyakit/kelainan akan diberi nomer sesuai dengan kesepakatan masing-masing.
Beberapa system pemberian nomer yang ada ialah :
ICO : International Clasifocation of Diseases.
WHO : World Health Organization.
SNOP : Systematized Nomenclature of Pathology.
SNOMED : Systematized Nomenclature of Medicine.
SNOP dan SNOMED ini biasanya dipakai USA
EPIDEMIOLOGI.
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari sifat/karakteristik penyakit pada suatu populasi tertentu. Yang dipelajari biasanya :
INSIDENS RATE : Jumlah kasus baru suatu penyakit pada populasi dan periode tertentu.
PREVALENCE RATE : Jumlah penyakit pada populasi dan periode tertentu. (kasus baru dan kasus lama.
REMISSION RATE : Jumlah penyakit/kasus yang sembuh pada populasi dan periode tertentu
MORTALITY RATE : Jumlah kematian dari suatu penyakit pada populasi dan periode tertentu.
Manfaat dari epidemiologi ini adalah :
1. Memberi petunjuk kepada etiologi/penyebab dari penyakit tertentu
2. Membantu penyusunan rencana upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu
3. Membantu penyediaan fasilitas medis yang cukup
4. Untuk program skrining kesehatan
Pada penyakit kronis biasanya didapatkan prevalensi penyakit yang tinggi, walaupun insidensnya rendah, sedangkan pada penyakit yang bersifat akut biasanya didapatkan insidens yang tinggi dengan prevalensi yang rendah. Hal ini disebabkan karena penyakit akut biasanya memberikan penyembuhan yang sempurna, misalnya : cacar air.

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Volume air dalam tubu manusia mencapai sekitar 60% dari berat badannya, dan terbagi menjadi:
1. CAIRAN INTRA SELLULAIR : merupakan cairan yang berada di dalam sel tubu manusia dan volumenya mencapai sekitar 40% berat badan manusia.
2. CAIRAN EXTRA SELLULAIR : merupakan cairan yang berada di luar sel tubuh manusia dan volumenya mencapai sekitar 20% berat badan manusia.

Cairan extraselulair ini terbagi lagi menjadi CAIRAN INTERSTITIAL yang merupakan cairan yang terletak diantara sel-sel tubuh manusia dan mencapai sekitar 15% dari berat badan , dan CAIRAN PLASMA yang merupakan cairan yang terletak dalam pembuluh darah dan mencapai sekitar 5% berat badan manusia.


Misalkan pada seseorang dengan berat badan 70 kilogram, maka volume cairan total dalam tubuhnya adalah 60% x 70 kg = 42 liter, yang terbagi menjadi: CAIRAN INTRA SELLULAIIR : 28 liter, CAIRAN INTERSTITIAL : 10,5 liter, dan CAIRAN PLASMA : 3,5 liter.


Antara cairan intrasellulair dan cairan exstra sellulair dibatasi oleh dinding sel atau memban sel, sedangkan antara cairan intra vaskulair dan cairan interstitial di batasi oleh dinding pembuluh darah.
Membran sel berbeda dengan pembulu darah, di mana membran sel bersifat semi permeable rehadap solute terutama yang larut dalam air (glukosa, elektrolit) sedangkan dinding pembuluh darah permeable terhadap elektrolit dan glukosa, tetapi relaive impermeable terhadap protein. 


Protein disini dapat menarik caian interstitial masuk ke dalam cairan intra vaskulair (plasma), sedangkan tekanan yang di timbulkan oleh protein dalam plasma disebut tekanan ontokotik plasma.

Keseimbangan cairan dalam tubuh terjadi apabila jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh, sama dengan jumlah cairan yang di keluarkan oleh tubuh. 


Pemasukan cairan kedalam tubuh berasal dari : makanan, minuman dan hasil oksidasi bahan makanan.


Pengeluaran cairan keluar tubuh melalui : urine, kulit, paru dan tinja. Pengeluaran yang lewat kulit, paru dan tinja dikenal pula sebagai INSENSIBLE LOSS. (pengeluaran yang tak tampak).Volume cairan yang masuk dan keluar tubuh adalah sebagai berikut:

PEMASUKAN
Makanan 1000 cc
Minuman 1300 cc
Metabolisme 300 cc
JUMLAH 2600 cc

PENGELUARAN
Urin e 1500 cc
Tinja 200 cc
Pru 300 cc
Kuit 600 cc
JUMLAH 2600 cc

Pengeluaran kesimbangan cairan dalam tubuh manusia dilakukan oleh:
1. Ginjal dan paru
2. Hormon : misalnya: ADH, Aldosteron, dsb
3. Rasa Haus


RASA HAUS
Definisi rasa haus adaa : keinginan secara sadar terhadap air.
Pusat rasa haus terletak di hypotalamus dan sensitiv terhadap adanya perubahan osmolalitas cairan ekstra sellulair.
Bila terjadi peningkatan osmolalitas plasma, berarti tubuh mengalami dehidrasi yang kemudian akan merangsng pusat rasa haus melalui mekanisme sebagai berukut:
1. Terjadi penurunan perfusi ginjal, sehingga akan merangsang pelepasan renin yang akan menimbulkan produksii angiotensin II.
Angiotensin II akan merangsang hyotalamus untuk selanjutnya unuk selanjutnya merangsang sensasi
2. Osmoreceptor yang ada di hipotalamus akan mendeteksi adanya peningkatan tekanan osmotik dan akan mengaktivkan jaringan syaraf yang menimbulkan rasa haus.
3. Rasa haus dapat pula di rangsang oleh adanya kekeringan local pada mulut sehingga timbul rasa haus.

HORMON ADH (ANTIK DIURETIK HORMON)
Hormon ADH di bentuk di hipotalamus dan disimpan didalam neurohipofisis posterior. Hormon ini akan meningkatkan reabsorbsi air pada duktus koligentes ginjal, sehingga mempetahankan cairan ekstra sellulair.
Adanya peningkatan osmolalitas, penurunan cairan ekstra sellulair, stres, trauma, pembedahan, nyeri, dan permberian beberapa macam obat2an akan merangsang produksi hormon ADH ini.


Hormon ADH ini disebut juga sebagai VASOPRESIN karena mempunyai efek sebagai vasokontriktor minor pada arteri kecil yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.


Penurunan kadar hormon ADH akan menimbulkan diabetes insipidus yang ditandai dengan peningkatan produksi urine, sedangkan peningkatansekresi hormone ADH akan mengakibatkan penurunan urine dan peningkatan volume darah.

HORMON ALDOSTERON
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal dan bekerja pada tubulus ginjal untuk meningkatkan absorbsi natrium. Retensi natrium ini akan mengakibatkan retensi air. Pengeluaran hormon aldosteron diatur oleh konsentrasi kalium dan sangat berguna dalam mengendalikan hyperkalemia.

Manfaat cairan dalam tubuh manusia adalah:
1. Dipakai pada proses metabolisme bahan makanan.
2. Berguna sebagai alat pengangkut ibah yang kemudian sekresi keluar tubuh melalui urine.
3. Sebagai bantalan atau pelindung kulit


Gangguan yang terjadi pada keseimbangan cairan dalam tubuh dapat berupa:
1 Edema
2 Congestion. (bendungan cairan)
3 Haemorrhage (perdarahan)
4 Shock
5 Trombosis, Emboli, dan Infarction.


EDEMA.
Edema adalah terkumpulnya sejumlah cairan yang abnormal pada jaringan intersellulair atau rongga tubuh. Halini dapat terjadi secara local atau di seluruh tubuh tergantung pada penyebabnya. Bila edema itu berat dan terjadi hampir di seluruh tubuh disebuit: ANAKARSA, yang biasanya disertai dengan adanya pembengkakan dari jaringan subkutan (dibawah kulit). Cairan yang terkumpul dirongga tubuh biasanya diberinama sesuai dengan lokasinya seperti misaknya : HYDRO THORAX, HYDROPERIKARDIUM, HYDROPERITONIUM (ASITES), dan sebagainya. Penyebab terjadinya edema adalah :
1 Peningkatan osmotik koloid
2 Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler
3 Peningkatan permeabilitas kapiler
4 Obstruksi limfatik
5 Kelebihan natrium dan air dalam tubuh


PENINGKATAN OSMOTIK KOLOID
Berkurangnya kadar protein atau albumin di dalam plasma akan berakibat pada penurunan tekanan osmotic dalam plasma, sehingga cairan dalam plasma akan menembus dinding pembuluh darah dan masuk ke dalam jaringan sekitarnya. Karena cairan plasma banyak yang keluar ke jaringan maka volume plasma akan menurun, hal ini akan menyebabkan pengaktifan sistem aldosteron renin-angiotensin, sehingga volume plasma kembali meningkat. Tetapi karena kadar protein yang tetap rendah, maka cairan tersebut akhirnya akan menuju ke jaringan juga sehingga lebih memper parah edema yang sudah ada.


Penurunan kadar protein ini dapat di sebabkan oleh : malnutrisi, kegagalan fungsi hati, serta kehilangan protein dari dalam tubuh melalui luka bakar, kebocoran ginjal, dan saluran gastro intestinal,
Untuk mengatasi hal ini perlu di lakukan peningkatan protein plasma dengan pemberian infuse albumin dan menghilangkan kausal penyebabnya.


PENINGKATAN TEKANAN HIDROSTATIK KAPILER:
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dapat disebabkan oleh: gagal jantung kanan dan kiri, gagal ginjal, kerusakan siklasi pembuluh darah vena, dan obstrusi liver.
Gagal jantun akan mengakibatkan peningkatan tekanan hidrostatik yang disertai penambahan volume plasma sehingga berakibat menumpuknya cairan didalam jaringan atau rongga badan.


PENINGKATAN PERMEABELITAS KAPILER:
Peningkatan permeabilitas kapiler dapat disebabkan oleh kerusakan langsung dinding pembuluh darah yang diakibatkan oleh trauma dan luka bakar.
Inflamasi/keradangan menyebabkan hyperemia dan vasodilatasi yang pada akhirnya menyababkan penumpukan cairan pada jaringan (edema)


OBSTRUSI LIMFATIK :
Penyebab utama terjadinya obsruksi limfatik adalah: pengangkatan kelenjar imfe (limfonodulus) dan pembuluh dara sekitarnya melalui suatu operasi untuk mencegah terjadinya metastase (penyebabnya) suatu keganasan.
Penyebab lainya: terapi radiasi, trauma, metastasis keganasan, radang, dan infeksi filiarisis.


KELEBIHAN NATRIUM DAN AIR DALAM TUBUH:
Kelebihan natium dan air akan meningkatkan tekanan hidrostatik pembuluh darah kapiler dan meningkatkan volume plasma, sehingga cairan akan keluar menuju jaringan.
Dikenal dua macam edema:
1 Pitting edema
Apabila edma ditekan akan menimbulkan cekungan dan setelah tekanan dilepas masihdiperlukan waktu beberapa saat untuk menghilangkan cekungan tesebut.
Edema jenis ini sering tampak pada tungkai dn sekitar sacrum.


2 Non pitting edema
Biasanya edema jenis ini terjadi pada lipatan kulit yang longgar sperti:
Periorbital (sekitar mata) dan biasanya disebabkan oleh trombosis pembuluh darah vena, khususnya pembuluh darah vena yang letaknya superfisial (dipermukaan)


Edema yang berlangsung lama akan mengakibatkan perubahan trofik pada kulit yang pada akhirnya akan berakibat dermatitis sampai timbul ulkus yang sangat sulit sembuh.
Lokasi terjadinya edema dapat memberikan petunjuk tentang penyebab edema tersebut, misalnya:
1 Edema yang terjadi pada satu tungkai biasanya karena obstruksi vena atau obstruksi kelenjar limfe.
2 Edema yang terjadi karena lipoprotein biasanya bersifat sistemik, dan yang paling nyata kelihatan adalah pada daerah kelopak mata pada pagi hari
3 Edema karena gagal jantung biasanya jelas pada kedua tungkai dan cenderung menyebar keseluruh tubuh.


SYOCK.
Syock adalah gangguan hemodinamik dan metabolik yang disebabkan oleh aliran darah yang tidak adekuat, sehingga pengiriman oksigen ke kepala dan jaringan ubuh menurun. Gejala syock adalah: hipotensi, takhikardi, oligouri, kulit mmenjadi lembab, gelisahdan perubahan tingkat kesadaran.
Penyebab syock adalah: perdarahan, gagal jantung, dan kerusakan neurologist.
Pembagian syock sesuai peyebabnya adalah:
1 Syock hipovolemik
2 Syock kardiogenik
3 Syock distributif/neurogenik


SYOCK HYPOVOLEMIK
Syock hypovolemik ini biasanya disebabkan oleh kehilangan cairan sirkulasi, baik berupa darah, plasma, atau pun air dari dalam tubuh.
Penurunan volume cairan tubuh akan mengakibatkan penurunan aliran darah vena yang kembali kejantung (venous return), dan akhirnya akan menurunkan tekanan darah.



Apabila deficit cairan tersebut dapat segera diatasi, maka keadaan syock dapat diatasi maka penderita akan jatuh kedalam keadaan yang irreversible.
Syock hypovolemik ini dibedakan lagi mebnjadi:
A. S yock Hemorrhagic: 
Syock yang disebabkan oleh adanya perdaraha yang massif yang biasanya diakibatkan oleh: perdarahan gastro intetinal, perdarahan pasca operasi, hamofilia, persalinan, dan trauma.
Kehilangan darah yang tidak melebihi 10% volume darah total tidak menimbulkan perubahan yang nyata pada tekanan darah dan cardiac out put, sedangkan kehilangan darah sehingga 45% volume darah total akan menurunkan cardiac out put dan volume darah total akan menurunkan cardiac out put dan tekanan darah sampai nol.


B. S yock dehidrasi
Dehidrasi yang terjadi disebabkan oleh kehilangan cairan tubuh yang cukup berat dan biasanya disebabkan oleh: keringat yang bekebihan, diarhea, muntah, diabetes insippidus, asites, fase diuretik pada gagal ginjal akut, diabetic ketoacidosis, addison iseases, hypoaldosteronism, pemberian diuretic, dan sebagainya


C. Syock karna luka bakar 
Pada luka bakar yang luas derajat tiga, kehilangan plasma cukup banyak sehingga menurunkan tekanan osmotic.
Penurunan tekanan osmotik menyebabkan cairan keluar ke jaringan, sehingga cairan dalam plasma menurun dan berakibat penurunan aliran darah balik ke jantung, sehingga cardiac out put menurun dan akhirnya tekanan darah juga menurun. Syock pada luka bakar ini dapat pula disbabkan oleh sepsis.


D. Syock karena trauma
Trauma luka tembak pada organ organ tubuh dapat menimbulkan yang kadang kadang tidak tampak, sehingga menimbulkan syock.


SYOCK KARDIOGENIK
Dua penyebab utama syock kardiogenik adalah
A. Cardiac Failure (gagal jantung)
Ketidak mampuan jantung untuk berkontraksi secaraefektif. Biasanya hal ini disebabkan oleh:
Infark miokart yang luas, myokardiopati, keracunan obat, dan disritmia (gangguan arithmia)


B. Penurunan arus venous return ke jantung
Hal ini biasanya disebabkan oleh: tamponade jantung, efusi perikardial akut, pergeseran mediastinum yang menekan jantung sehingga aliran darah balik vena terganggu. Penurunan aliran balik akan menurunkan cardiac output sehingga tekanan dan aliran darah menurun, terjadilah syock.


SYOCK DISTRIBUTIF:
Syock jenis ini disebabkan oleh vasodilatasi yang massif dan hebat, sehingga tekanan darah akan menurun. Dalam hal ini jumlah darah/cairan tubuh tidak berkurang, hanya distributifnya yang terganggu karena adanya vasodilatasi yang massif tersebut.
Macam macam syock distributive :
Syock Neurogenik
Hilangnya tonus vasomotor sehingga terjadi dilatasi vena dan arteriole.


Syock Septik
Kuman gram negative akan mengeluarakan endotoksin yang luas dan mengakibatkan dilatasi pembuluh darah.


Syock Anafilaktik
Biasanya terjadi karena reaksi antigen antibody yang sering terjadi pada pemberian obat obatan, media kontras, dan bisa ular.


TAHAPAN DALAM SYOCK
Terdapat tiga tahapan dalam syock dengan nama yang berbeda beda menurut versi penulis Ada yang menyebut dengan :
Awal, progresif, dan akhir.
Non progresif, progresif, dan irreversible
Dini, hypoperfusi jaringan, dan cedera sel dan organ.
Terkompensasi, dekompensasi dan irreversible.


TAHAP I
Pada tahap ini terjadi penurunan cardiac out put dan tahanan prifer sebagai akibat cedera awal.
Penurunan tersebut berakibat penurunan tegangan pada dinding arteri mayor yang pada akhirnya meransang baro receptor untuk selanjutnya mengaktifasi sistem syaraf otonom.
Gejala yang timbul:
-Penderita masih sadar, kadang kadang ada kecemasan.
-Frekuensi denyut jantung meningkat
-Tekanan darah menurun atau normal
-Kulit pucat, lembab dan dingin
-Pupil dilatasi karena rangsangan syaraf simpatis
-Kadar hematokrit menurun bila terjadi perdarahan
-Nafas dangkal, tapi frekuensinya meningkat sebagai respon kekurangan oksigen pada jaringan.
-Produksi urine menurun, penderita merasa haus.
-Bising usus menurun karena aliran darah ke usus menurun
-Otot melemah
Apabila tahap ini dapat diatasi, maka tekanan darah dan kesemuanyaakan kembali normal, tetapi bila tidak teratasi maka akan masuk kedalam tahap selanjutnya


TAHAP II
Pada tahap ini respon kompensasi yang dilakukan tubuh gagal untuk memperbaiki tekanan darah dan perfusi jaringan.
Organ organ tubuh akan mengalami kekurangan oksigen (ischemia) ,dan yang paling awal adalah terjadinya penurunan fungsi ginjal yang berupa penurunan Glomerural Filtrasion Rate (GFR)
Organ penting lain yang terkena adalah otak dan jantung, kemudian paru, hati, dan saluran gastrointestinal.
Gejala gejala yang timbul adalah akibat penurunan perfusi organ organ tersebut diatas, yaitu berupa:
-Kesadaran dan orientasi mulai menurun
-Bradikardi dan hipotensi
-Produksi urine berhentik ileus
-Edema perier, edema paru dan takhipnia (frekwensi nafas meningkat)
-Abdomen distensi dan paralitik
-Penderita tampak sakit berat
-Kulit dingin, pucat.
-Ph darah menjadi asam karena penum pukkan asam laktat
Apabila terapi yang diberikan pada stadium ini gagal, maka penderita akan memasuki stadium II


TAHAP III
Pada tahap ini penderita menjadi tidak responsive, cardiac out put menurun, tekanan darah menurun progresif, dan asidosis metabolic makin meningkat. Terjadi kematian pada sel karena ischemia, dan manifestasinya berupa disfungsi ginjal, paru dan otak, Kegagalan pada ginjal dan jantung berjalan progresif, penderita akan mengalami kesulitan bernafas sampai koma.